Hidangan untuk Harapan

Penderitaan tak henti-hentinya dirasakan oleh warga Gaza. Kini, mereka menghadapi krisis kelaparan yang mengancam jiwa.

Menurut WHO, lebih dari 2,1 juta jiwa penduduk Gaza kini mengalami krisis pangan yang berkepanjangan. Hampir setengah juta di antaranya berada dalam kondisi darurat yaitu kelaparan ekstrem, kekurangan gizi akut, penyakit, dan ancaman kematian.

Ini bukan sekadar krisis. WHO menyebutnya sebagai salah satu bencana kelaparan terburuk di dunia yang terjadi secara langsung, hari ini, saat kita membaca ini.

Warga Gaza terjebak dalam siklus mematikan: kekurangan gizi yang memperparah penyakit dan penyakit yang seharusnya bisa disembuhkan berubah menjadi hukuman mati, terutama bagi anak-anak.

Dalam genosida yang dilakukan Israel di Gaza, kelaparan dijadikan senjata perang. Tak hanya membombardir wilayah sipil, Israel juga secara sistematis melarang masuknya bantuan pangan, bahkan menyerang warga yang antre makanan di pusat distribusi.

Tragedi ini mencapai puncaknya saat Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga distribusi bantuan yang didukung AS dan Israel mulai beroperasi. Sejak 27 Mei 2025, lebih dari 516 warga sipil tewas saat mencari makanan di pusat distribusi, menjadikannya tempat yang dijuluki warga sebagai “perangkap massal” dan “rumah jagal”.

Menjawab kondisi ini, pada 10 Juni 2025, Adara membangun 3 dapur umum di wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan.

Setiap dapur melayani makanan hangat untuk 700 orang per hari, sehingga kini 2.100 jiwa mayoritas anak-anak, perempuan, dan lansia mendapatkan kembali harapan mereka. 

Inilah bentuk cinta dari hati kita sebagai manusia. Kita mungkin tak bisa hadir di sana, tapi kita bisa mengalirkan keberkahan ke meja makan mereka. Jangan biarkan dunia terbiasa melihat kelaparan ini. Jangan biarkan tragedi ini menjadi sunyi.

Mari bersama Adara, kita bangun lebih banyak dapur, kita ciptakan lebih banyak harapan dan pulihkan lebih banyak senyuman.

Klik Donasi Sekarang

Mari hadirkan kehidupan di tengah kelaparan.